Analisa karakter diri mengikut juz diri dalam al-Quran

Juz 1 : Surah al-Fatihah dan surah al-Baqarah

9:19 AM Rashidah Abd Hamid 0 Comments


Surah Al-Fatihah dan Surah Al Baqarah
Hubungan Surah-surah Al-Qur’an dan Karakter manusia.

Surah ini adalah surah yang pertama dalam tertib urutan surah Al Quran berdasarkan Tauqif (instruksi) Nabi SAW menurut pendapat Jumhur atau Majoriti ulama ahli Al Quran yang tertuang dalam mushaf ustmani.

Sebab Dinamakan Al Fatihah..??

Surah pertama ini dinamakan Al Fatihah karena firman Allah SWT yang terangkum dalam sebuah kitab yang bernama Al Quran diawali oleh surah ini. Dalam bahasa arab kata "Al Fatihah" adalah isim fa'il atau bentukan kata yang berarti subjek dari "fataha-Yaftahu-fathan-futuuhan", berarti membuka. 

Oleh sebab itu, secara etimologi, Al Fatihah berarti pembuka. Atau lebih jelasnya pembuka atau awal dari surah-surah Al Quran yang berjumlah 114 surah.

Juz 1 merupakan satu-satunya juz yang paling unik di antara juz yang ada dalam al-Quran. Keunikan juz ini dapat dilihat pada bahagian awal lembaran al-Quran.

Pertama, al-Quran Mushaf Utsmani mulai ditulis pada halaman 2. Dengan demikian, juz 1 dimulai dari halaman 2 al-Quran, dan itulah mengapa juz 1 hanya terdiri atas 15 halaman. Kenapa halaman 1 (pertama) al-Quran tidak ada atau tidak diisi dengan ayat, sehingga seolah-olah halaman 1, atau angka 1 itu hilang, dan tidak nampak.

Hal ini merupakan angka 1 atau peribadi mustahil, bahkan misteri. Ialah yang hendak dicari melalui proses perjalanan panjang hidup manusia, yaitu pencarian jati-diri. Mengenal dan memahami diri sendiri suatu hal yang sangat berat. 

Dan pengenalan diri satu-satunya jalan yang mesti ditempuh jika seseorang ingin mendapatkan suatu bentuk pengalaman spiritual atau pengetahuan hakiki mengenai ke-Maha-Besaran Tuhan.

Keunikan kedua, 
Dalam Mushaf Utsmani halaman 2 hanya diisi 7 ayat, yaitu surat al-Fatihah. Kenapa pada halaman tersebut tidak dipenuhi sahaja dengan ayat, misalnya diisi dengan ayat dari surat al- Baqarah. Orang tak pernah berpikir dan mempertanyakan masalah ini. Sebab, biasanya hal ini hanya dianggap sebagai persoalan perwajahan, atau semacam ornamen-estetis yang dibuat oleh pihak percetakan.

Keunikan ketiga, 
Dalam Mushaf Utsmani, halaman 3 hanya diisi 4 ayat dari surat al-Baqarah. Kenapa dari 286 jumlah ayat dalam surat al-Baqarah, hanya 4 ayat yang ditulis atau ditaruh pada halaman 3. Jika alasannya hanya untuk mengimbangi estetika halaman 2, kenapa tidak 7 ayat, sehingga sama dengan jumlah ayat pada surat al-Fatihah. Apa maksud angka 4, atau 4 ayat pada halaman 3 al-Quran itu.

Keunikan keempat, 
Ayat-ayat pada halaman 2 dan 3 al-Quran, yang berisi surat al-Fatihah (7 ayat) dan surat al-Baqarah (4 ayat) itu dicetak tebal. Huruf-huruf dalam ayat-ayat tersebut dicetak lebih besar jika nak dibandingkan dengan ayat-ayat lain dalam al-Quran. Apakah ini merupakan bentuk cetak-tebal dari juz 1 atau bukan? Ini merupakan keistimewaan yang dimiliki oleh juz 1.

Banyak orang menyebut halaman tersebut sebagai ”Ummul- Quran”. Kenapa demikian? 
Berbagai interpretasi dapat dilakukan. Sebahagian ulama hanya menyebut surat al-Fatihah saja yang merupakan ”Ummul Qur’an”. Bahkan, ada lagi interpretasi bahwa Ummul- Qur’an ini terletak pada salah satu ayat saja dari surat al-Fatihah. Semua interpretasi boleh dan sah untuk dikembangkan . Tetapi, interpretasi yang dilakukan pada umumnya hanya didasarkan atas tafsir ayat, atau pemahaman dan renungan subjektif pada interpreternya, dan tidak didasarkan atas format, atau susunan al- Quran itu sendiri secara keseluruhan.

Di sini, halaman Ummul Quran cenderung mengacu pada keunikan halaman 2 dan 3 al-Quran, dimana terdapat angka-angka yang dapat dijadikan rumus untuk memahami kandungan seluruh surat dalam al-Quran. Pada halaman tersebut, terdapat angka 2, 3, 7 dan 4. Dari angka 7 dan 4 (jumlah ayat pada kedua surat tersebut), dpat dijadikan dasar falsafah mengenai studi al-Quran.

Jika kita membuka al-Quran, maka yang akan tampak angka 47. Apabila angka ini dihubungkan dengan nama surat, maka ia surat Muhammad. Ini berarti bahawa membuka-buka al-Quran secara implisit bererti mempelajari apa yang dibawa oleh Muhammad. Dan Muhammad itu sendiri tidak lain al-Quran. Sedangkan apabila kita menutup al-Quran, maka angka yang akan terlihat 74. Dan angka ini sama dengan nombor surat al-Mudatsir (berselimut atau berselubung). Ini berarti bahwa kalau kita menutup al-Quran, dan tidak lagi bersedia membuka ”wawasan” Qurani, maka kita akan bersikap ”tertutup” dan berselimut dengan persepsinya yang telah dikukuhkan. Dan al-Quran itu sendiri juga menjadi tertutup oleh sampulnya.

Berselimut atau berselubung (al-Mudatsir) suatu sikap yang sah dan boleh saja dianut oleh setiap orang. Sebab, yang berselubung dan berselimut dalam al-Quran juga Muhammad itu sendiri. Namun demikian, secara metaforanya berselubung dan berselimut justeru diperingatkan . Ini berarti bahawa sebaiknya manusia tak perlu berselubung dan menutup diri dengan pengukuhan persepsinya. Sebab, kebenaran itu banyak, meskipun yang banyak itu satu. Dan realiti itu sendiri selalu menampakkan perubahan, perubahan itulah hakikat segala sesuatu.

Oleh karena itu, bukalah selimut dan selubung, kemudia berdialoglah dengan realiti yang selalu berubah. Dengan demikian, ada dinamiknya dalam hidup. Dan melalui proses dialog dengan fenomena kebenaran yang beraneka-ragam kita dapat menemukan makna kehidupan yang penuh dengan kemustahilan ini. 

Karena itu, hakikat manusia bahawa dirinya selalu mencari dan menjadi, ia selalu mencari dan menjadi dirinya sendiri. Karena itulah, huruf Alif atau angka 1 bersifat misteri, sebagaimana diri kita sendiri.

Namun demikian, dalam kaitan ini setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih berbagai alternatif. Setiap orang bebas memilih, dan setiap pilihan sah bagi dirinya, mana yang hendak dipilih dalam memahami fenomena kebenaran. Sebab, apa yang ada di depan mata kita, semuanya fenomena kebenaran, atau fenomena Qurani. Kebenaran setiap segala sesuatu. Persoalannya bagi kita, bagaimana mengembangkan aspek pemikiran untuk ”memahami” dan mengambil makna lebih dalam dari fenomena kebenaran itu.

Karakter seorang juz 1 dapat dipahami pertama dengan cara memahami karakter huruf atau angka 1 berhuruf Alif. Huruf tidak dapat menempati posisi tengah. Ia hanya dapat ditempatkan di awal atau di akhir rangkaian huruf. 

Apabila seorang juz 1 berada di depan, misalnya menjadi seorang pemimpin ia cenderung bersikap egois, dan sangat autoriti. Sebab, angka 1 angka atau huruf tunggal, ia tidak ada duanya. Karena itu, ia merasa dirinya paling benar dan kerana itu harus diikuti. Tetapi, apabila ia berada di belakang, ia sama sekali tidak memiliki alternatif. Dia dapat dengan mudah menurut dan ikut pada siapapun.

Jumlah  halaman Juz 1, lebih sedikit di banding dengan Juz lainnya (16 Halaman). Sementara Juz 1 hanya 15 halaman. ia selalu merasa ada saja sesuatu yang kurang dalam dirinya, bahkan selalu tidak puas. Hal ini membuat ia kehilangan ”sesuatu” dalam dirinya.

Juz 1 jumlah halamannya 15 sedangkan Juz 30 memiliki 21 halaman. Perbedaan jumlah halaman ini juga boleh menggambarkan karakter dari Juz yang bersangkutan. Ini kerana halamannya kurang, membuatkan orang dengan Juz 1 selalu sahaja merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya atau berpotensi untuk menjadi orang yang kurang percaya diri. Di sisi lain, ia bisa menjadi seseorang yang tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dicapai.

Dalam juz 1, terdapat halaman 2 dan 3 yang merupakan halaman istimewa. Seorang juz 1, juga cenderung menuntut keistimewaan tertentu pada orang terdekatnya, terutama dalam lingkungan keluarga. Ia minta segalanya diistimewakan. Halaman juz 1 yang hanya 15, membuat ia kehilangan ”sesuatu” dalam dirinya. Seorang juz 1 harus selalu ”dilayani”. Ini berbeda dengan seorang juz 30 yang kelebihan halaman (21 halaman), dan cenderung ”melayani orang lain”, seorang juz 1 walaupun kekurangan halaman. Karena itu ia harus dilayani oleh orang lain.

Surat al-Fatihah 7 ayat, membuat ia berbakat untuk menjadi seorang pembuka jalan baru bagi suatu bentuk pencerahan. Dalam kisahnya, seorang Musa dengan tongkatnya, dapat membuka jalan buntu. Ia dapat membuat terobosan baru di tengah samudera. Ini bererti bahawa, dengan kekuatan ”otak”, seseorang dapat menemukan suatu bentuk ”kreativiti”, sehingga dapat memecahkan segala macam keadaan buntu.

Tetapi sebaliknya, surat al-Baqarah pada juz 1 juga dapat membuat ia memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain. Al-Baqarah sandi tentang susu. Hanya sapi betinalah yang mengandung susu. Jika surah ini dominan, maka seorang juz 1 cenderung ”menyusu”, atau katakanlah sangat tergantung pada ”pelayanan” orang lain. Ia dapat menjadi begitu lemah bagaikan seorang bayi yang hanya memerlukan susu. Dengan surah ini, ia boleh menjadi seorang yang sama sekali tidak punya perasaan.

Jika dilihat dari sistem 11, maka kelemahan fizik seorang yang memiliki juz 1 terletak pada bahagian perut dan atau kepala (otak). Kelemahan lain, terletak pada bahagian bahu (pundak) sebelah kanan. Sistem 11 bagi juz 1 sama dengan juz 10, 19 dan 28. Juz-juz tersebut, apabila dimampatkan sama dengan 1. Oleh karena itu, karakter juz-juz tersebut juga dalam tahap tertentu memiliki kemiripan dengan karakter seorang juz 1.

Dalam masyarakat kita, orang yang berjuz 1 ”nampaknya” jarang. Artinya, dari pengalaman bergaul dan mengamati banyak orang, seorang yang ber juz 1 relatif sedikit, bahkan jarang ditemui. Namun demikian, seorang anak juz 1 sebaiknya dididik atau dikondisikan untuk memiliki kegemaran berpikir, sehingga ia benar-benar dapat memfungsikan kekuatan otaknya sejak awal usia. 

Pengaruh surat Al Baqarah ini membuat dirinya menjadi ”pelayan” yang baik bagi orang lain, terutama keluarganya. Memberikan susu bagi anak-anaknya sekaligus pemelihara. Faktor surah ini pula membuat seorang juz 1 merupakan pekerja keras.

Pada prinsipnya, ia dapat memasuki bidang apapun, asalkan ia mendapat ”pelayanan” secara profesional sejak kecil. Dengan ”pelayanan” yang penuh pengertian dari pihak lain, atau orang di sekelilingnya, maka ia akan dapat mengaktualisasikan diri secara optimal. 

Di sini Al-Fatihah bermakna sebagai bayi yang baru lahir, sedangkan angka 7 paru- paru/pernafasan. Surat al-Fatihah bergandingan dengan surat al- Baqarah (sapi betina) penghasil susu. Di sini dapat dilihat bahawa keperluan utama bayi yang baru lahir adalah susu. Siapapun yang dapat memberi keperluan susu kepada bayi, maka dialah dianggap sebagai ibunya. 

Angka 13 di atas menunjukkan kelengkapan anatomi bagi seorang bayi tatkala lahir ke dunia. Bagi psikologi perkembangan orang dewasa, fasa ini dapatlah disebut sebagai fasa pencarian. Titik 13 di sini bermakna sebagai pencarian jati-diri seseorang. Dengan pencapaian hingga titik ke 13, maka seseorang telah mendapatkan jati dirinya.

0 comments: