Analisa karakter diri mengikut juz diri dalam al-Quran
Analisis karakter dan potensi diri juzuk 17
ANALISIS KARAKTER DAN POTENSI DIRI JUZUK 17
Juz' 17 – 21.AlAnbiyaa 1. - 22.Al Hajj 78
Pattern Mementingkan Kesempurnaan, Berani Tampil Lain dari yang lain dan Suka Memaksakan Keinginan Sendiri
Juz ini terdiri atas dua surah utuh, yaitu surat ke-21 (Al Anbiyaa) dan surat ke-22 (Al-Hajj).
Dengan demikian, awal juz ini adalah awal dari surah dan akhir juz ini juga merupakan akhir surah.
Berikut daftar surah-surah pada juz 17.
1. 21 Al-Anbiyaa’ (112) 1 – 112 Para Nabi
2. 22 An-Hajj (78) 1 – 78 Haji
Jumlah ayat (190)
Berdasarkan urutan surah sesuai dengan nombor juznya, surah ke-17 adalah Al Isra (perjalanan malam).
Ini menunjukkan bahawa orang yang membawa karakter juz 17 ketika menghadapi sesuatu permasalahan, memilih jalan untuk menenangkan diri terlebih dulu sebelum mencari jalan penyelesaiannya. Baginya masalah harus diselesaikan dalam keadaan yang tenang.
Menenangkan diri versi orang yang berjuz 17 boleh jadi berbentuk macam-macam. Boleh bergelumang dengan dunia malam atau sebaliknya, mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengingat Isra merupakan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW.
Mimpi adalah salah satu bentuk “perjalanan” malam. Ertinya, seorang juz 17 termasuk orang yang gemar bermimpi atau berimaginasi yang tinggi. Atau orang juz 17 juga memiliki banyak sekali idea atau perancangan.
Salah satu dari 4 juz dalam Al Qur’an yang terdiri dari surah penuh, iaitu diawali oleh akhir surah dan diakhiri oleh akhir surah pula adalah juz 17. Memang empat juz tersebut antara lain juz 17, 28, 29, dan 30 tergolong juz yang “istimewa”.
Artinya boleh jadi dengan tidak adanya surah yang pecah dalam juz-juz tersebut tanpa terkecuali juz 17 yang kita bahas pada edisi kali ini menjadikan seorang yang membawa karakter juz 17 mempunyai peribadi yang tidak ingin setengah-setengah dalam menangani sesuatu. Buat sesuatu mesti sampai habis.
seorang yang mempunyai juz 17 memiliki keakuan yang begitu tinggi seandainya tidak mengenali dirinya.
Pada saat ia berada pada puncak “egoismenya” , ia merasa bahawa dirinyalah satu-satunya orang yang paling benar. Oleh karena itu, seorang juz 17 sejak kecil sudah menampakkan karakteristik aslinya sebagai seorang yang yang tak dapat dinasihati. Atau lebih tepat ia orang yang sering tidak peduli pada nasihat orang lain
Namun, dibalik kesan angkuh yang melekat padanya, tersimpan sifat yang tulus , peduli pada lingkungan dan ikhlas serta pemaaf. Kerana total ayat surah Al Anbiya yang terdapat pada juz 17 adalah 112 yang merujuk pada surah Al Ikhlas yang ertinya memurnikan keesaan Allah. Selain itu, dengan kemampuan berunding dan berdialog, ia boleh mempengaruhi seseorang atau kelompok
Seorang yang mempunyai juz 17 sangat bercita-cita tinggi, khususnya terhadap gagasan yang ia miliki untuk merealisasikannya. Dengan kata lain juga, apa yang menjadi kesukaannya, akan ia perjuangkan mati-matian, bahkan tanpa mempedulikan orang lain.
Ketika seorang yang mempunyai juz 17 berhadapan dengan orang lain, ia boleh saja bersikap acuh tak acuh atau banyak lebih kepada diam. Dengan kata lain, seorang juz 17 untuk sementara mampu untuk menyimpan ego dan impiannya. Di belakang, ia kemudian berperilaku mengikut keselesaan sendiri. Ketika ia berhadapan dengan orang lain, ia nampak seperti orang yang acuh, tetapi pada dasarnya dia perlu. Dan apabila ia mulai berbicara pada orang lain, selalu ada saja pembicaraan atau gagasan atau impian yang ia simpan.
Awal juz adalah awal surat (Al-Anbiyaa), dan akhir juz adalah akhir surat (Al Hajj). Ini berarti bahwa seorang yang mempunyai juz 17 dalam dirinya selalu merasa mampu untuk menangani masalah secara sendirian. Bahkan, ia sama sekali tidak terbiasa, atau tidak suka meminta pertimbangan atau pertolongan pada orang lain. Dia bagaikan seorang “eksistensialis” sejati.
Surah-surah yang penuh dalam juz 17 juga menjadikannya orang yang selalu memperhitungkan apa yang hendak dilakukannya, atau dengan ungkapan yang lain jangan cuba-cuba untuk melakukan sesuatu secara serampangan (tidak sistematik) di depannya.
Surah penuh merupakan simbol keteraturan, kesempurnaan dan ketepatan serta kecermatan. Atau singkatnya ia adalah figure yang prefeksionis, ertinya segala sesuatu harus terlihat sempurna di hadapannya bagaimanapun caranya.
Juz 17 juga bermakna "estimation", boleh dikatakan orang yang berjuz 17 memiliki kelebihan dalam meramal suatu peristiwa atau kejadian. Selain itu, biasanya ia tidak akan atau malas untuk melakukan sesuatu jika tidak sesuai dengan fikirannya atau paling tidak ada benefit positif (manfaat) buatnya.
Kenapa karakter semacam itu muncul?
Harus kita fahami bahawa surat Al-Anbiyaa dalam juz 17 berarti para Nabi. Apa yang kita kenal, para Nabi adalah orang yang membawa kebenaran. Sekaligus, mereka para “pembangkang” dari “mainstream” pemahaman atau ajaran yang berlaku pada masanya. Oleh karena itu, jika surah ini begitu “dominan” pengaruhnya dalam diri seorang juz 17, ia akan bersikap merasa “benar” sendiri. Untuk menjadi seorang pembangkang, maka seorang yang mempunyai juz 17 adalah jaguhnya.
Namun demikian, para Nabi adalah orang yang membawa misi perbaikan umat atau lingkungan manusia.
Dengan kata lain, para Nabi adalah orang yang memiliki rasa kepedulian sosial dan lingkungan yang begitu tinggi. Seorang juz 17 juga memiliki kepedulian sosial dan lingkungan yang begitu besar. Begitu pedulinya terhadap orang lain, sampai terkadang ia lupa pada dirinya sendiri. Lingkungan bagi seorang juz 17 tidak semata-mata bererti lingkungan “kemanusiaan”, tapi juga lingkungan fizik, baik cultural mahupun natural.
Oleh karena itulah, janganlah hairan jika seorang yang mempunyai juz 17 sangat gemar jalan-jalan atau bermusafir. Ia paling suka pergi kemanapun, melihat dan mengamati “dunia luar”. Dialah seorang pengamat lingkungan sejati. Boleh saja seorang juz 17 tidak sedar, atau tidak dapat menjelaskan kenapa dirinya suka jalan atau memperhatikan berbagai persoalan. Memang, seorang juz 17 sering “out of control”. Terkadang ia lupa terhadap fikiran dan dirinya sendiri. Ini terjadi, karena juz 17 terdiri dari atas dua surat kukuh dan terpisah dari surah-surah lainnya
Terlalu peduli dan perhatiannya terhadap orang lain, seorang juz 17 kadang-kala juga bersikap normatif. Ia menghendaki agar orang lain bersikap dan berperilaku “begini-begitu” sesuai dengan fikiran atau ukuran etika dan normatif yang ada pada dirinya. Di satu saat, ia menghendaki orang lain bersikap atau berperilaku “baik” sesuai dengan kaedah normatifnya, tetapi pada saat yang lain ia sendiri terkadang berbuat sebaik dirinya sendiri.
Memang seorang juz 17 sering bersikap sangat normatif. Tetapi boleh jadi ia menjadi orang yang benar-benar lepas dari norma positif, dan kemudian ia benar-benar hidup dalam “dunia” atau suasananya yang penuh kebebasan. Ia dapat memasuki dunia “bebas” dari yang dikenal. Ertinya kebebasan itulah dunianya yang sebenarnya.
Tetapi itulah kelebihan seorang juz 17, Ia boleh menangani masalah dengan kedua tangannya berdasarkan kaedah "Norm" atau "Causality". Dengan kata lain, surat Al-Hajj merupakan lambang kejernihan berfikir dan bertindak dalam kerangka pemecahan masalah. Secara umumnya, apa yang disebut dengan “haji” adalah lambang kesempurnaan hidup, meskipun secara "cultural" akhirnya menjadi lambang status sosial.
Selanjutnya adalah surah Al Hajj (ibadah haji), yaitu dari ayat 1 sampai ayat 78. lbadah haji merupakan rukun Islam yang ke lima, apabila seorang muslim telah selesai melaksanakannya maka islamnya telah sempurna. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa orang yang berjuz 17 dalam melihat berbagai hal harus nampak sempurna, namun yang seringkali ia lupakan bahawa sempurna menurutnya belum tentu sempurna menurut orang lain.
Dan, apabila surat Al-Hajj begitu dominan pengaruhnya dalam diri seorang yang memiliki juz 17, maka ia akan menjadi seorang yang begitu “arif”, bersedia “mengalah” dan sangat demokratis. Dengan surah ini, seorang juz 17 memiliki kapasiti untuk menghargai perbedaan pendapat dengan orang lain. Dengan surat Al-Hajj pula, ia mampu menjadi seorang yang “kreatif” dalam berpikir, jernih dalam memandang suatu permasalahan. Selalu ada saja ide dan pemikiran yang muncul dalam benak fikirannya. Jika surat Al-Anbiyaa membuat ia menjadi suka jalan, maka surat Al-Hajj membuat ia berdialog dengan diri sendiri, berfikir mengenai berbagai masalah. Kadang-kala itu boleh juga berdiam diri di kamar, merenung diri berhari-hari.
Seorang yang mempunyai juz 17, sering bersikap “over-estimate” dalam memandang sesuatu masalah, termasuk dalam melihat orang lain. Ia mampu menganggap masalah kecil menjadi seolah besar. Karena itulah, ia sangat pandai dalam mensoal siasat dan membaca pemikiran orang
Jumlah ayat surah Al Hajj yang ada pada juz 17 adalah 78. Kalau kita "convertkan" kedalam urutan surah Al Qur’an maka kita akan mendapatkan surah An Naba’ (berita besar). Artinya orang yang membawa karakter juz 17 boleh menjadi pusat perhatian, cepat semangat dalam melakukan sesuatu tetapi tidak jarang cepat pula pudarnya, dan mempunyai modal untuk meyakinkan orang.
Surat Al-Hajj berada pada juz 17, dan di antara yang dibicarakan dalam Surah Al-Hajj ini adalah berkenaan dengan Melontar Jumrah. Umat islam berpandangan, bahawa melempar jumrah dalam ibadah haji kegiatan mengusir syaitan. Padahal, melempar jumrah hakikatnya adalah mencapai titik kesempurnaan atau target dalam hidup.
Melempar jumrah, sebagaimana memotong 3 helai rambut dan 10 kuku pada jari-jari tangannya, yang berarti 13 (13 titik dalam tubuh manusia), bahagian dari kegiatan ibadah haji agar orang benar- benar dapat mengenali siapa dirinya. Proses perjalanan ibadah haji, yang begitu simbolik sebenarnya mengarah pada suatu bentuk pencarian diri sendiri. Dan, mengenal diri itu sesuatu yang amat berat, dan ini tergambar pada seorang juz 17 yang selalu peduli pada rakan-rakan sekelilingnya sehingga lupa akan dirinya sendiri.
Seorang juz 17 kadang-kala kehilangan kawalan akan potensi dirinya. Betapapun, dalam perilaku seharian seorang juz 17 sering begitu percaya akan kemampuan dirinya (eksistensialis).
0 comments:
Post a Comment